Tradisi Yang Masih Ada di Kampung Mayag
Tradisi - Tradisi Yang Masih Ada di Kampung Mayag
1. Walilatan
Adalah suatu prosesi adat yang biasa dilaksanakan pada bulan ruwah ( sya'ban ). Kegiatan ini diisi dengan pemanjatan do'a yang dipimpin oleh seorang tetua ( sekarang ada yang mengundaang tokoh agama ) , yang selanjutnya membagikan berkat kepada keluarga atau tetanga dekat.
2. Munggah
Adalah kebiasaan masyarakat Mayag setiap akan datangnya bulan puasa/ ramadhan. Kegiaatannnya diisi dengan mengirim makanan kepada kerabat atau orang yang di tuakan. Adapun bentuk makanan berupa nasi dan lauknya. Ada juga yang sekedar mengirim kue - kue dan gula + teh. Kegiatan tersebut juga sebagai ajang silaturahmi sehari sebelum datangnya bulan puasa.
3. Sedekah Riyaya
Dilaksanakan setelah Sholat Idul Fitri . Kegiatan ini berupa selametan dengaan sajian berbagai makanan lengkap dengan lauknya yang dibawa oleh masing - masing keluarga ( walaupun tidak semuanya membawa ). Wadahnya berupa tetenong yang biasanya berisi nasi lengkap dengan lauknya dilengkapi daun / kertas pembungkus yang dipersiapkan agar memudahkan orang untuk membawa berkat. Prosesi ini dilaksanakan di Masjid atau mushola -mushola yang dipimpin oleh ketua masjid / mushola.
4. Sawaka
Kegiatan selametan untuk yang hamil telah mencapai 7 bulan di sebut juga nujuh bulanan.
5. Puputan
Selametan bayi yang baru lahir , untuk sekarang ini biasanya dilaksanakan bareng dengan selamatan aqiqah. Puputan juga sekaligus sebagai momen untuk memberi nama bayi. Acara puputan dilaksanakan setelah bayi berumur 7 atau 11 hari.
6. Cukur Rambut Bayi
Dilaksanaknan setelah bayi berumur 40 hari , acaranya berupa pemotongan rambut bayi sampai botak dan selanjutny pembagian bubur beras merah dan beras putih.
7. Seserahan
Kegiatan ini dilakukan ketika dalam proses pernikahan. Dari pihak mempelai laki - laki menyerahkan seperangkat kebutuhan rumah tangga berupa perabot dapur , lemari , kasur , padaringan , magic com , kulkas dan sebagainya. Ditamabah pula dengan kelengkapan sandang berupa pakaian dan emas. Dalam acara seserahan juga disertakan kue -kue dan sayur mayur yang dibawa menggunakan dongdang.
8. Adu Kendi
Acara adat setelah akad nikah apabila salah satu dari pengantin merupakan anak bungsu ( bontot ). Prosesinya dipimpin oleh seorang PARAJI ( basa : Mayag ) . Setelah akad nikah , kedua pengantin akan melakukan ritual khusus . Yang selanjutnya dari kedua pihak akan mewakilkan seseorang untuk memegang kendi. Kemudian diiringi lagu , mereka berjalan berputar - putar sebanyak tujuh putaran sambil berjoget. Selesai putaran terakhir , kedua kendi yang dipegang oleh masing - masing perwakilan pengantin pria dan wanita diadu supaya pecah.
9. Nganjang Panganten
Masih dalam rangkaian acara pernikaahan. Kegiatan yang satu ini yaitu kedua mempelai mengunjungi kerabat mempelai pria. Yang biasanya kerabat yang masih dekat dalam hubungan kekeluargaan. Acaranya berupa silaturahmi dengan dipandu oleh seorang paraji , kemudian si Tuan rumah yang dikunjungi akan memberi amplop berisi uang . Besarnya pun tidak ditentukan , tetapi biasanya menyesuaikan dengan hidangan yang dikirim sebelumya.
10. Wedang Kopi
Masih dalam rangkaian acara pernikahan yaitu berupa kunjungan dari pihak mempelai pria kepada mempelai pria. Acara ini biasanya dilaksnaakan pada malam resepsi pernikahan di tempat mempelai wanita. Kerabat dan tetangga pada acara tersebut banyak yang ikut. Pada acara itu juga dijadikan acara foto - foto pengantin dan antara kedua besan.
11. Babarit
Sedekah selametan setelah terjadi gempa / lini yang juga dirasakan masyarakat Mayag atau ada gerhana matahari atau bulan. Kegiatannya bisa dilaksanakan oleh beberapa kelompok. Dan semuanya dilaksanaakan di luar ruangan. Bisa di halaman depan rumah , perempatan jalan dan tempat luas lainnya.
12. Sedekah Bumi ( Bumian )
Sedekah bumian dilaksanakan setahun sekali yaitu pada hari SABTU KLIWON bulan HAPIT ( Dzulqo'idah ). Tujuannya sebagai bentuk rasa syukur karena telah diberi hasil panen juga rasa syukur atas kesuburan tanah kebun maupun sawah dan tercukupinya kebutuhan air bersih. Juga melimpahnya air untuk pertanian. Kegiatannya dipusatkan di halaman ketua kampung Mayag ( dahulu ) , sekarang pelaksanaanya dipusatkan di halaman masjid. Acaranya berupa sambutan tetua kampung , kepala kampung dan ditutup dengan do'a oleh seorang tokoh agama. Masyarakat yang hadir membawa makanan komplit dengan lauknya , dilengkapi dengan kertas / daun pembungkus. Karena selesai acara hadirin akan pulang membawa berkat atau bertukar makanan satu sama lain. Untuk wadah makanan dalam acara bumian , biasanya menggunakan boboko.
13. Ngaraya
Adalah kegiatan anaka muda yang sudah bertunangan atau belum yaitu berkunjungnya si calon suami ke rumah calon istri pada malam takbiran. Ngaraya biasanya dimeriahkan dengan membunyikan petasan / kembang api yang dibawa oleh pihak laki - laki.
14. Kaliwonan
Tradisi ini termasuk salah satu yang mulai hilang di Kampung Mayag. Seiring dengan kesaaran masyarakat dan semakin kuatnya pengaruh agama islam. Kaliwonan dilaksanakan pada malam ju. m'at kliwon yaitu berupa penyediaan sesajen . Tradisi ini kental sekali sebagai warisan orang dahulu sebelum masuknya agama islam. Kegiatan ini lebih sering disebut dengan istilah ngahujuban / huhujub.
15. Nyalin atau Mura
Sama seperti kaliwonan , tradisi ini sudah mulai jarang dipakai masyarakat Mayag. Dengan kata lain mulai ditinggalkan. Kegiatan ini berupa selametan kecil pada saat akan dimulainya panen padi. Orang yang akan melaksanakan nyalin membawa sedikit nasi dengan lauknya yang alakadarnya. Ketika selesai prosesi nyalin , nasi + lauk tadi ditempatkan di keempat pojok sawah mereka. Dan pulangnya membawa setangkai padi yang paling bagus dipotong lengkap dengan daunya. Dan daun tersebut dibuat kepang yang selanjutnya akan disimpan di lumbung padi ( leuit ).
16. Tahlilan ; Tujuh Hari , Matangpuluh , Nyeket , Nyataus dan Medak Tahun
Adalah prosesi pengiriman do'a bagi yang sudah meninggal dunia. Tahlilan biasanya dilaksanakan malam hari ba'da maghrib atau setelah isya. Dilksanakan selama 7 malam berturut - turut yang dipimpin oleh seorang lebe atau tokoh agama.
Matang puluh adalah kegiatan pengiriman do'a ( tahlilan ) pada saat almarhum / almarhumah telah mencapai 40 hari. Pada hari ke- 50 dilaksanakan pengiriman do'a ( tahlil ) dengan istilah nyeket. Nyatus adalah prosesi pengiriman do'a pada hari yang ke seratus. Dan Mendak adalah prosesi pengirimanan do'a ketika yang meninggal dunia genap setahun.
Dikalangan ulama mendak biasa disebut dengan istilah haul.
Komentar
Posting Komentar